2008/06/03
Antara FPI Dan Kebebasan Beragama
Sungguh, penulis merasa gerah juga melihat adu mulut yg bahkan sudah sampai kepada adu fisik antara massa yg menamakan dirinya dg FPI dengan massa aliansi kebeasan beragama yg dalam hal ini dipelopori oleh anak anak muda intelektual NU yg gerakakannya didukung oleh GusDur dan Gus Mus. Lalu, pertanyaan-nya sekarang adalah, siapa sebenarnya yg membela islam dan siapa yg menunggangi islam? Ada Kepentingan apa dibalik aksi alainsi yang menamakan diri mereka kebebasan beragama? Lalu kenapa Gus Dur dan Gus Mus, dua kiai terhormat matian matian melakukan pembelaan terhadap ahmadiyah?
Kalau melihat akar masalah yg terjadi, sebenarnya semua berawal berawal dari pembubaran jamaah ahmadiyah yg sebenarnya berlangsung sudah cukup lama. Pemerintah, melalui Majlis Ulama Indonesia, sejak tahun 1970 an sebenarnya telah menerbitatkan ketetapan yg menyatakan bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat karna aqidahnya sudah sangat melenceng jauh dari ajaran islam, hanya saja dalam perjalanannya pemerintah terkesan ompong alias tak tegas. Kalau boleh dikata, ahmadiyah ibarat benalu yg menempel dalam diri umat islam. Rektor UIN saat ini, prof. Qomaruddin Hidayat juga sempat menyatakan bahwa ahmadiyah, kalau ingin eksis di Indonesia, sebaiknya, dalam penamaan jangan mendompleng nama islam, mendirikan ajaran agama yang berbeda.
Ketika kasus pembubaran ahmadiyah terjadi, mayarakat dimana mana melakukan aksi perburuan terhadap pemeluk aksi jamaah ini dan penghancuran kompeleks pemukiman mereka hingga penahanan tokoh tokoh utama ahmadiyah Indonesia hingga menyebabkan beberapa tokoh mereka meminta perlindungan terhadap Gus Dur. Bahkan ada sebagian pemeluknya yang ingin mencari perlndungan nagara asing. Ketika itulah muncul simpati dari beberapa tokoh terkemuka NU terhadap ahmadiyah ini. Beberapa tokoh NU yang dipelopori oleh Gus Mus mengadakan sebuah pertemuan semacam “Napak Tilas” gerakan dan partisipasi ahmadiyah Indonesia. Gus Mus, kemudian menulis pembelaas beliau terhadap ahmadiyah di sebuah surat kabar nasional. Beliau menyatakan telah mengadakn sebuah sebuah pertemuan skala nasional yg mewakili suara masyaraat NU Indonesia.
Gus Mus menambahkan, bahwa masyarakat telah bersikap zolim terhadap ahmadiyah yg sebenarnya (menurut beliau) turut berjasa membebaskan bangsa ini dari belenggu penjajahan belanda melalui peran pemuda pemuda ahmadiyah waktu itu. Gus Mus juga menuding bahwa kekerasan dan marjinalisasi ahmadiyah selama ini merupakan hasil perbuatan MUI yg menelurkan ketetapan sesat ajaran ahmadiyah puluhan tahun yang lalu.
Bersambung ....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tulisan ini banyak menyebut Gus Mus. Entah siapa yang dimaksud penulisnya. Kalau yang dimaksud Mustofa Bisri, setahu saya dia tidak pernah bicara soal AKIDAH dalam menanggapi gegeran AHMADIYAH-FPI-MUI. Yang saya tahu dan diketahui banyak orang Gus Mus sangat TIDAK SETUJU DENGAN KEKERASAN apalagi yang mengatasnamakan Islam. Tulisan ini mungkin hasil imajinasi penulisnya atau berasal dari 'kabar burung' yang tidak diketahui. Inna ba'dhazhzhanni itsmun!
ReplyDeletesaya bukan muslim, namun anti dengan namanya kekerasan dan kemunafikan. Lebih baik menjadi seorang yang komunis daripada seorang yang memaksakan kekerasan. dari beberapa tulisan yang saya baca... saya akan mendukung pembubaran ahmadiyah sebagai islam karena kaidahnya tidak sesuai dengan ajaran islam. namun cara kekerasan bukan jalan terbaik karena penindasan akan menimbulkan simpati masyarakat atas yang tertidas, so be smart... peace in earth..
ReplyDelete